Saturday, October 20, 2012

Pemilihan Paus di Kapel Sistine Vatikan.

Kardinal Gereja Katolik Roma

Senin, 19 Maret 2012 14:19 WIB
Kardinal Gereja Katolik Roma

Pemilihan Paus di Kapel Sistine Vatikan.

   
    Kardinal berasal dari kata Latin “cardo” yang berarti “engsel” atau “penghubung”. Awalnya, kardinal hanya sebutan bagi beberapa diakon dan imam Keuskupan Roma.

Para kardinal ini menjadi penghu­bung antara komunitas umat beriman dengan Paus sebagai Uskup Roma. Sebelum abad VI, jumlah kardinal Roma sekitar 18 kardinal, kemudian menjadi 25 kardinal, dan selanjutnya menjadi 28 kardinal pada pertengahan abad XI.

Kolegium Kardinal

Pada 13 April 1059, Paus Nicolas II (1058-1061) mempromulgasikan Bulla In No­mine Domini tentang hak eksklusif para kardinal untuk memilih Paus dalam konklaf ketika takhta lowong (sede vacante). Penggantinya, Paus Alexander II (1061-1073), mempertegas hak ini, sehingga abad XI menjadi tonggak terbentuknya Kolegium Kardinal atau Dewan Kardinal yang beranggotakan para kardinal Gereja Roma.

Pada abad XII Kolegium Kardinal makin berperan penting dalam reksa pastoral Gereja secara universal. Bahkan, pada 1163, Paus Alexander III (1159-1181) mengangkat Uskup Agung Mainz, Jerman, Mgr Konrad von Wittelsbach (1120-1200), sebagai kardinal dari luar Keuskupan Roma. Pengembangan peran dan pengangkatan kardinal ini dilaku­kan Paus Alexander III dengan mempromulgasikan dekrit Licet de Vitanda dalam Konsili Lateran III (1179). Pada masa Paus Honorius III (1216-1227), para abas beberapa biara penting juga diangkat menjadi kardinal.

Setelah itu, antara abad XIV-XVI, jabatan kardinal menjadi peran politis dan berbau nepotisme. Banyak keluarga bangsawan Roma kerabat dekat Paus diangkat menjadi kardinal. Orang-orang kepercayaan para raja di Eropa juga diberi gelar politis ini. Peranan Kolegium Kardinal dengan Paus sebagai pemimpin Gereja Roma Tertinggi menjadi sangat lemah. Pada masa pembuangan Avignon (1309-1378), yakni ketika Paus berkedudukan di Avignon, Perancis, dan tidak di Roma, hingga muncul Skisma Barat (1378-1417), dalam Gereja muncul dua Kolegium Kardinal dengan klaim kebenaran sendiri-sendiri. Mereka mengangkat Paus dan mempunyai kuria sendiri. Puncaknya terjadi pada 1409 ketika dalam Gereja Roma muncul tiga Paus sekaligus, yakni Gregorius XII dari Roma, Benediktus XIII dari Avignon, dan Alexander V sebagai Paus hasil Konsili Pisa. Kemelut ini berakhir pada November 1417 ketika Paus Martin V (1417-1431) terpilih dalam Konsili Konstan. Namun, praktik nepotisme pengangkatan kardinal masih terus berlangsung hingga abad XVI.

Reformasi Kolegium Kardinal secara efektif dilakukan oleh Paus Sixtus V (1585-1590). Pada 1586, ia menetapkan jumlah kardinal dalam Kolegium sebanyak 70 kardinal dengan mencontoh 70 tua-tua Israel (Bil 11:16). Paus ini juga mu­lai mendirikan kongregasi-kongregasi dalam Kuria Roma yang dipimpin oleh seorang kardinal. Dengan demikian, mereka terinstitusionalisasi untuk membantu Paus dalam melaksanakan reksa kegembalaan Gereja secara universal.

Tingkatan Kardinal

Kolegium Kardinal saat ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni: episkopal (uskup), presbiteral (imam), dan diakonal (diakon). Tingkatan ini berlaku sejak 1586, pada masa Paus Sixtus V, meskipun jumlahnya selalu berubah dari masa ke masa. Tingkat episkopal atau Kardinal-Uskup merupakan kardinal yang diangkat menjadi uskup tituler salah satu keuskupan di sekitar Roma atau gelar Gereja suburbikaris dan Batrik Gereja Timur. Gereja suburbikaris berjumlah enam, yakni: Albano, Porto-Santa Rufina, Sabina-Poggio Miterto, Velletri-Segni, Frascati, dan Palestrina. Sedangkan Batrik Gereja Timur diberi gelar kardinal tanpa harus mendapat gelar tituler Gereja suburbikaris, karena martabat dan jabatan mereka sudah ada sejak zaman para rasul dan senioritas ini sangat dihormati. Takhta patriarkal mereka dipakai menjadi gelar kardinalnya. Saat ini, ada 10 Kardinal-Uskup, termasuk empat Patriakh Gereja Timur: Kardinal Nasrallah Pierre Sfeir (91), Patriakh Emeritus Antiokhia dari ritus Maronit; Kardinal Ignace Moussa I (Basile) Daoud (81), Patriakh Emeritus Antiokhia dari ritus Siria; Emmanuel III (Emmanuel-Karim) Delly (84), Patriakh Babilonia dari ritus Khaldea; dan Kardinal Antonios Naguib (76), Patriakh Aleksandria dari ritus Koptik.

Tingkat presbiteral atau Kardinal-Imam merupakan kardinal yang diangkat dengan gelar tituler salah satu gereja paroki di Roma. Biasanya mereka adalah Uskup atau Uskup Agung Gereja Katolik Roma yang tersebar di seluruh dunia atau ketua salah satu kongregasi di Kuria Roma. Saat ini, ada 158 Kardinal-Imam. Sedangkan jumlah Gereja yang ada di Roma sekitar 300. Kardinal paling senior dalam tingkatan ini disebut Kardinal Protoimam, yakni kardinal yang paling lama dalam tingkatan presbiteral. Kardinal Protoimam sekarang adalah Kardinal Eu­gênio de Araújo Sales (91), Uskup Agung Emeritus São Sebastião do Rio de Janeiro, Brazil, yang mendapat gelar Kardinal-Imam St Gregorius VII sejak 28 April 1969.

Tingkat ketiga adalah Kardinal-Diakon. Kardinal di tingkat diakonal saat ini berjumlah 45. Mereka yang diangkat biasanya masih aktif memegang jabatan dalam Kuria Roma. Kardinal-Diakon yang paling senior disebut Kardinal Protodiakon, punya hak istimewa untuk mengumumkan nama Paus baru dari Balkon Basilika St Petrus dan mengenakan Pallium kepada Paus terpilih. Demikian pula dia berhak atas nama Paus mengenakan Pallium kepada para Uskup Metropolit atau menyerahkannya kepada wakilnya. Saat ini, jabatan Kardinal Protodiakon diampu oleh Kardinal Jean-Louis Pierre Tauran (64), Ketua Dewan Kepausan untuk Dialog antar Agama, yang bergelar Kardinal-Diakon St Apollinare alle Terme Neroniane-Alessandrine sejak 21 Oktober 2003.

Melalui Konsistori, dengan mengindahkan urutan tahbisan dan pengangkatan, dan mendapat persetu­juan Bapa Suci, para kardinal dari tingkat presbiteral maupun diakonal dapat dipindah ke gelar lainnya sesuai tingkatannya masing-masing. Bahkan, kanon 350 §5 Kitab Hukum Kanonik (KHK) 1983 menerangkan bahwa Kardinal-Diakon yang sudah sepuluh tahun pada tingkat diakonal dapat berpindah ke tingkat presbiteral.

Kolegium Kardinal dikepalai oleh seorang Dekan yang mendapat gelar Keuskupan Ostia bersama gelar Gereja lain yang sudah dimilikinya. Posisi Dekan saat ini dijabat oleh Kardinal Angelo Sodano (84), dengan gelar Kardinal-Uskup Ostia dan Albano. Dekan ini mempunyai wakil yang disebut Subdekan. Baik Dekan mau­pun Subdekan tidak mempunyai kuasa kepemimpinan apa pun atas para kardinal, melainkan menjadi yang pertama di antara rekan-rekan yang sederajat (primus inter pares).

Pengangkatan Kardinal

Sesuai KHK 1983 kanon 351 §1, yang diangkat menjadi kardinal adalah para pria yang dipilih bebas oleh Paus, seku­rang-kurangnya sudah ditahbiskan imam, unggul dalam ajaran, moral, kesalehan, dan juga kearifan bertindak. Mereka yang belu­m menjadi u­sku­p haru­s menerima tahbisan u­sku­p. Atu­ran ini dipromu­lgasikan oleh Pau­s Yohanes XXIII pada 1962.

Pada u­mu­mnya imam yang diangkat menjadi kardinal su­dah beru­sia sekitar 80 tahu­n. Dengan demikian, gelar ini dianggap hanya sebagai penghormatan atas jasanya yang besar bagi Gereja, sehingga dimu­ngkinkan bahwa mereka mendapatkan dispensasi u­ntu­k tidak ditahbiskan menjadi u­sku­p, seperti Kardinal Karl Josef Becker SJ yang diangkat menjadi kardinal pada Konsistori Febru­ari 2012.

Dalam sejarah Gereja sampai awal abad XX, tercatat kardinal-kardinal yang bu­kan
u­sku­p, bu­kan imam, melainkan diakon atau­ bahkan awam. Meskipu­n tidak menerima tahbisan, mereka tetap mengenakan pakaian selayaknya kardinal. Mereka dimasu­kkan dalam jajaran Kardinal-Diakon, tetapi disebu­t dengan nama Kardinal Awam, bahkan diizinkan u­ntu­k menikah. Sejak 1917, Pau­s Benediktu­s XV merevisi atu­ran ini dan menyatakan bahwa yang bisa diangkat kardinal adalah imam atau­ u­sku­p. Kardinal Awam terakhir adalah Kardinal Teodolfo Mertel.

Pau­s bebas memilih kardinal melalu­i tiga tahap. Pertama, nama mereka diu­mu­mkan dan disetu­ju­i dalam pertemu­an tertu­tu­p antara Pau­s dengan anggota Kolegiu­m Kardinal. Sejak pengu­mu­man tersebu­t, mereka su­dah terikat kewajiban serta hak sebagai kardinal. Kedua, kepu­tu­san tersebu­t disampaikan kepada para calon kardinal terpilih. Ketiga, mereka menerima biretta dan cincin kardinal dalam u­pacara pelantikan pu­blik. Setelah itu­, mereka secara resmi menjadi anggota Kolegiu­m Kardinal. Pengangkatannya ditandai dengan su­atu­ dekrit yang diu­mu­mkan di hadapan Kolegiu­m Kardinal.

Kardinal-Rahasia

Dalam kesempatan tertentu­ dan alasan-alasan khu­su­s, hak istimewa Pau­s u­ntu­k mengangkat kardinal dapat dilaku­kan tanpa haru­s mengu­mu­mkan nama para calon. Nama mereka tidak langsu­ng diu­mu­mkan. Kardinal ini sering disebu­t sebagai Kardinal Rahasia atau­ namanya masih disimpan dalam hati (in pecto­re) oleh Pau­s. Kardinal Rahasia ini tidak terkena kewajiban dan hak sebagai kardinal. Tetapi, ketika kemu­dian namanya
diu­mu­mkan, secara otomatis mereka terikat kewajiban dan hak sebagai kardinal. Namu­n, hak presedensi mereka su­dah terhitu­ng sejak diangkat dalam hati oleh Pau­s. Mengenai pengu­mu­mannya, Pau­s berhak menentu­kan kapan saja. Tetapi, jika Pau­s mangkat, pengangkatan kardinal dalam hati itu­ tidak berlaku­ lagi.

Contoh pengangkatan Kardinal Rahasia ini terjadi pada masa Yohanes Pau­lu­s II. Dari 232 kardinal yang diangkatnya, ada empat Kardinal Rahasia yang tiga di antaranya sempat diu­mu­mkannya. Usku­p Shanghai, Cina, Kardinal Ignatiu­s Ku­ng Pin Mei (1901-2000), diangkat Kardinal Rahasia pada 30 Ju­ni 1979 dan diu­mu­mkan sebagai Kardinal Imam S. Sisto pada 28 Ju­ni 1991. Usku­p Agu­ng Lviv, Ukraina, Kardinal Marian Jaworski (1926-2008), di angkat Kardinal Rahasia pada 21 Febru­ari 1998 dan
diu­mu­mkan sebagai Kardinal Imam S. Sisto pada 21 Febru­ari 2001. Usku­p Agu­ng Emeritu­s Riga, Latvia, Kardinal Jânis Pu­jâts (81), diangkat Kardinal Rahasia pada 21 Febru­ari 1998 dan diu­mu­mkan sebagai Kardinal Imam S. Silvia pada 21 Febru­ari 2001.

Sedangkan yang dianggap sebagai Kardinal Rahasia keempat adalah Usku­p Agu­ng Kraków, Polandia, Kardinal Stanislaw Dziwisz (72). Meski tidak ada bu­kti tertu­lis, ia adalah sahabat Pau­s Yohanes Pau­lu­s II. Banyak orang berspeku­lasi, ia adalah Kardinal Rahasia yang na manya belu­m sempat diu­mu­mkan sampai Pau­s kelahiran Wadowice Polandia itu­ wafat. Kardinal Stanislaw kemu­dian diangkat Pau­s Benediktu­s XVI dalam Konsistori 22 Febru­ari 2006 dengan gelar Kardinal Imam S. Maria del Popolo.

No comments:

Post a Comment

YOGA - jangan lupa di like ya sekaligus di share juga biar blog ini bisa berkembang cepat dan terus bisa memberikan yang terbaik untuk teman semua - YOGA